Tuesday, March 24, 2009

Creature of the Sun

“Ayolah Ceci, pleaseeee?”

Riley memasang wajah memelasnya, dan aku berusaha keras untuk tidak tertawa. Cecilia menatapnya dengan ekspresi campur aduk: jengkel, pingin ketawa, dan ragu-ragu.

“Apa kamu enggak pingin tahu? Mungkin aja buku itu bercerita tentang peradaban yang sudah lama hilang. Siapa tahu kita nanti bisa membaca isinya, lalu kita jadi terkenal!” Mata Riley berbinar-binar. Digenggamnya siku Ceci lalu diguncangnya dengan penuh semangat. “Ayolah. Please please please…”

“Oke, oke!” Ceci mengangkat tangan sambil tertawa, “Tapi aku enggak janji aku bisa bantu.”

Aku tersenyum sambil mengulurkan sepasang sarung tangan plastik padanya. “Gapapa lah. Bagaimana pun juga, kamu tetap lebih tahu daripada aku.”

Ceci meraih sarung tangan itu sambil tersenyum ragu, tatapannya bergerak ke arah buku tersebut, yang tergeletak di tengah-tengah kami bertiga. Aku sudah mengambilnya dari basement, sadar bahwa Ceci akan lebih mudah dirayu kalau barangnya ada di depan mata. Dan benar saja. Walaupun dia tidak bergerak untuk menyentuhnya, matanya sulit lepas dari buku tua itu.

Tanpa diminta, Riley juga memasang sarung tangan bagiannya dengan sedikit kesulitan (kami berdua tidak sefamiliar Ceci dengan sarung tangan dan buku-buku tua) dan segera mengulurkan tangan untuk mulai membuka buku itu. Namun Ceci dengan cepat menampar tangannya menjauh.

“Bentar dong, Ri, aku kan masih mau baca judulnya,” tegurnya. Riley memasang tampang terluka sambil memegangi tangannya, tapi dia tidak membantah. Dia bergeser lebih dekat ke aku, memberi Ceci ruang untuk membaca.

Ceci menunduk, matanya menyipit saat dia mempelajari simbol-simbol aneh yang tertera di halaman depan buku itu. “Aneh,” gumamnya, keningnya berkerut. “Kalo melihat tulisannya, harusnya pada jaman itu belum ada kertas. Tapi ini bentuknya sudah buku. Aneh…”

Riley dan aku bertukar pandang, tidak tahu harus komentar apa. Tetapi kayaknya Cecilia tidak mengharapkan komentar. Dia mendorong poninya menjauhi mata dan meneruskan memelototi judul tersebut. Cuma ada satu baris, eh, kalimat di sampul kulit buku itu, tapi melihat dari gaya Cecilia, bisa jadi satu baris itu sama dengan satu paragraf. Atau mungkin juga dia cuma ragu-ragu tentang artinya.

“Gimana?” tanya Riley, kelihatan jelas sudah enggak sabar lagi untuk membaca isinya.

Cecilia mengangkat kepala untuk menatap kami. Dia masih kelihatan ragu, namun suaranya terdengar lebih optimis saat dia bicara. “Aku enggak tahu arti tepatnya, tapi kira-kira ini artinya Recca, Creature of the Sun.”

No comments:

Post a Comment